Sejumlah 41 mahasiswa yang diiringi 12 dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor (STPB) menjadi tamu resmi pertama yang berkunjung ke Desa Wisata Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor pada Jumat (28/6). Kehadiran wisatawan dari kaum akademisi ini menjadi upaya ini untuk mengeksplorasi dan mempromosiksn potensi Desa Wisata Cimande yang menonjolkan wisata perdesaan berbasis budaya lokal.
Nama Cimande yang lekat dengan seni beladiri penca silat dan pengobatan patah tulang tradisional dengan masyarakatnya yang masih memegang tradisi dan budaya warisan karuhun (leluhur) telah terkenal ke seantero Nusantara dan mancanegara. Selain itu Cimande masih menyimpan potensi agrowisata dan destinasi wisata alam khas perdesaan di wilayah yang terletak di antara Gunung Salak dan Gunung Pangrango tersebut.
“Kunjungan ini untuk lebih memperkenalkan dan meningkatkan wawasan serta pemahaman dari para mahasisws STPB terhadap potensi desa wisata. Selain itu hal ini juga menjadi bagian dari evaluasi terhadap implementasi hasil pelatihan dan pendampingan dari STPB yang telah menjalin kerja sama dengan pengurus Desa Wisata Cimande,” kata Ketua Lembaga Pengabdian dan Pengembangan kepada Masyarakat (LPPM) STPB, Sri Pujiastuti.
Kunjungan para mahasiswa dan dosen STPB ini diawali di Padepokan Pusat Penca Silat Aliran Cimande (PPSAC) disambut dengan pertunjukan penca silat oleh pesilat anak-anak dengan iringan gendang pencak yang ditabuh para nayaga cilik dari lingkung seni yang ada di Desa Cimande. Selanjutnya, para tamu diajak untuk menyaksikan pembuatan produk minuman jus dan es cendol berbahan baku tanaman lidah buaya di kebun milik kelompok tani Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan (P4S) Antanan.
Setelah itu, diiringi hembusan sejuk angin, dengan menyusuri pematang sawah, para tamu diajak mengunjungi kebun dan menikmati buah salak Slebor (Sleman Bogor), salak varietas unggul dengan bibit dari daerah Sleman, Yogyakarta yang kemudian dikembangbiakkan di Cimande, Bogor.
Usai bersantap, para tamu melanjutkan kegiatan dengan mempelajari proses produksi layang-layang, mulai dari pembuatan rangka, penempelan kertas hingga pewarnaan yang dipandu langsung oleh perajin laying-layang yang ada di Cimande. Keceriaan pun terpancar saat mereka dengan antusias memainkan layang-layang yang mereka buat di sekitar pematang sawah yang terhampar di belakang pendopo P4S Antanan.
Aldo, salah seorang mahasiswa, menyatakan senang dan berharap bisa kembali berkunjung ke Cimande. “Cimande sudah terkenal dengan seni penca silat dan pengobatan tradisional patah tulangnya. Selain keramahan warganya, Cimande juga memiliki pemandangan yang indah dan agrowisata yang memberi edukasi bagi para wisatawan,” katanya.
Ia pun berharap adanya penambahan lokasi wisata alam dan penambahaan fasilitas penginapan untuk para wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Cimande. Sejatinya, banyak potensi wisata yang masih membutuhkan penataan dan pengembangan sehingga bisa menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Saat ini kami menawarkan wisata berlibur sambil berilmu. Selain bisa menikmati pemandangan alam khas perdesaan, di Desa Wisata Cimande para tamu bisa mempelajari pencak silat, pengobatan patah tulang tradisional hingga pengolahan hasil pertanian. Ke depan, kami akan terus mengembangkan wisata budaya, wisata religi serta segera menggarap infrastruktur akomodasi dan jalur untuk destinasi wisata alam dengan dukungan semua pemangku kepentingan,” ujar salah satu pengurus Desa Wisata Cimande, Haji Agus Asmara.
Ketua Asosiasi Desa Wisata Kabupaten Bogor, Denny Amar pun berharap potensi desa wisata yang menawarkan keindahan alam, kearifan budaya loal dan wisata religi bisa semakin berkembang dengan dukungan dari para pemangku kepentingan. “Kerjasama STPB dengan Desa Wisata Cimande ini akan banyak memberi manfaat terutama dari sisi inovasi pemasaran dan pengembangan produk wisata, pengemasan paket wisata hingga standardisasi pelayanan dan sarana yang harus dikembangkan untuk menjadi desa wisata yang mandiri ke depannya,” pungkas Denny